Selasa, 20 September 2016

Pancuran Meruah di kaki Bukit Burangrang ( Curug Cipurut Purwakarta)

Salam hangat untuk kita semua yang senantiasa selalu di rahmati oleh Tuhan Yang Maha Esa. Kali ini saya ingin berbagi cerita melalui blog ini, bersama dengan team saya.
Yang mungkin menurut sebagian orang, ini hal yang gila, bahkan di luar pikiran, tapi ini bukan sesuatu yang mengerikanjustru mengasyikan..goyang mang!
Ststtt! Tunggu dulu, jangan pikir team ini team kerja saya ya!  melainkan sekelompok orang yg gilanya sama, yang slankeannya sama, yg pasti gokilny kuereen abisss!☺☺
Yang bersatu dengan hobby yang sama, yaitu gotai (gowes asik santai)!!!!.he..he..
Ini sebenarnya bukan pertama kalinya kita gowes ke curug, mungkin ini udah kesekian kalinya kita ke curug..huhu, sombong! 😊😊,tapi ini justru pertama kalinya kita gowes ke Purwakarta, tepatnya curug Cipurut Wanayasa. Kalau memang dilihat jaraknya, dari kediaman tikum ( titik kumpul) kami jaraknya sangat jauh, kurang lebih 80 km, di tambah dengan tanjakan yang gak pernah berujung, turunan curam yang meruah, ditambah tikungan dengan siku-siku bisa mencapai 45°. Hal  ini bukan hal yang tabu bagi kami tapi ini justru, menjadikan ketertarikan sendiri bagi team kami, khususnya saya, yang masih terbilang baru dalam dunia pergowesan, walaupun pada akhirnya saya harus TTB (Tuntun- tuntun Bike).😏😏😏
By the Way, any bus way
Karena ini pertamakalinya kami ke Purwakarta apalagi ke Curug Cipurut Wanayasa, yang kita andalkan cuma GPS, bertanya Warga dan memperhatikan Plang Jalur di setiap Persimpangan.
Saya bersama Team (Om Sugi Wong Proyek & Om Diers SGB) janjian untuk Tikum di Stasiun Lemah Abang Cikarang utara, jam 03:50. Kalau pengen kepoin mereka search aja di fb..😝😝✌✌✌
kali ini kami gowes berdasarkan arah GPS, pertama kita menuju karawang melalui jalur Pantura (lemah abang, Cikarang Timur, Rengas Bandung Tanjung Pura, menuju jalan Industri Karawang ke Jalan Curug Purwakarta, Setelah Menuju Jalan curug kami menuju jalan Kota Purwakarta.
Sesampainya Di Pusat Kota Purwakarta kami istirahat sambil menghilangkan penat, ya walaupun sebelumnya kami sering istirahat, tapi istirahat di pusat Kota Purwakarta sepertinya berbeda, Kota yang sejuk, artistik, dan pastinya banyak ruang terbuka hijau ini, bisa dimanfaatkan untuk rekreasi keluarga, yang mungkin nantinya akan berguna bagi masyarakatnya sendiri, guna meningkatkan kesejahteraan baik dalam bidang  ekonomi terutama sektor pariwisatanya, mungkin kalau para pembaca ingin tahu tentang Purwakarta,  search aja di google, tapi paling enak datang langsung dengan simbol mutualisme, he..he..👌👌✌✌Mengitari Taman Sri Baduga Situ Buleud Purwakarta yang konon keindahan air mancurnya terkenal sampai ke luar negeri ,membuat saya antusias melihatnya untuk lebih dekat lagi, tapi sayang air mancurnya pada saat siang hari gak di opersaikan, walaupun demikian saya tetap takjub maxi terhadap kota Purwakarta😭😭😭.
karena waktu sudah menunjukan pukul 08:45 WIB, akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju tempat tujuan utama kami,mengambil jalan arah Wanayasa dari Kota Purwakarta, kurang lebih jarak yang kami tempuh 22km lagi, di situ sudah terlihat tanjakan-tanjakan genit tapi menyakitkan, sudah mengintai kami, gak kebayang kan 22 km di hantui dengan tanjakan genit. Oh Tuhan! tolong Baim, tapi demi sebuah pencitraan, gak boleh menyerah apalagi kalah😬😬..du elah sombongnya..!hmm..tarik mang!
perjalanan gotai pun akhirnya kami paksakan, dengan speed rata- rata 10-20 rpm, di sepanjang jalanan Wanayasa kamipun sangat terhibur, melihat suasana keindahan di sana, yang gak pernah saya temukan di kota saya, hamparan bukit yang menghijau, sungai-sungai gemercik jernih di celah bebatuan yang bertuah, hijaunya kebun teh bak lautan hijau di tambah mungilnya ladang berundak milik warga setempat yang di tanami padi, menambah kesempurnaan betapa hebatnya Yang Maha Pencipta, menciptakan alam semesta ini. 
Kisaran jarak kurang lebih 16 km menuju Wanayasa, tepat pada pukul 10:30 WIB. memaksa kita berhenti untuk mengisi kekosongan perut kami, akhirnya kami memilih tempat makan pinggir jalan, yang di beri label sate Maranggi, sebenarnya bukan sate Marangginya kita berhenti di situ, tapi pelayannya lah yang membuat kami, memilih tempat itu, untuk mengisi kekosongan perut kami ( pelayannya cantik cuy..he..he..)
dengan 30 tusuk sate daging sapi, di tambah 3 minuman es teh manis, serta 2 nasi timbel + 1 Nasi Uli ,kami hanya membayar Rp. 96 k ( harga segitu relatiflah, apalagi penjualnya cantik..)👀😘,
Setelah perut pun kami kenyang, kami lanjutkan kembali, perjalanan kami,  saya pikir 6 km lagi kami sampai curug, oh ternyata! itu baru sampai situ wanayasanya saja, sedangkan sampai curugnya butuh sekitar 7-10 km lagi, GPS yang membuatku diam tanpa kata, berdiri hanya menyisahkan tenaga yang tersisa, apakah saya menyudahi pergowesan ini, atau berdiam diri, sambil mengibarkan bendera perdamaiaan, bahwa saya telah kalah😭😭😭😭😭
waktu pun sudah menunjukan pukul 12:10, sembari mengabadikan momen di Situ, kita rehat sejenak bercerita kepada Sang Kholik, menunaikan Sholat dzuhur. Kebetulan disekitar Situ ada Mushollah.


Setelah selesainya kami melaksanakan Sholat Dzuhur akhirnya kami melanjutkan perjalanan kembali, jarak 1 km dari Situ kami di hadapi sebuah persimpangan kami bertanya kepada, "berapa km lagi menuju Curug Cipurut? Warga pun menjawab kalau Curug Cipurut sekitar 6km lagi ambil arah kiri atau lurus, kalau Curug Cijalu sekitar 9 km lagi ambil arah kanan".
Akhirnya tanpa pinggir panjang, ada mobil bak terbuka yang kebetulan kosong, saya berhentikan memohon bantuan untuk memberikan tumpangan kepada kami secara gratis, walaupun sebenarnya om Sugi dan om Diers, tidak menyetujui kita loading, akhirnya dengan paksaan dan bujukan rayuan ku, akhirnya kita loading, kebetulan mobil itu, menuju arah yang sama,  tapi tidak ke Curugnya, melainkan melewati jalan menuju Curug, sekiranya menurut perkiraan saya, jarak yang ditempuh sekitar 4km menuju ketempat dbi. sesampainya tempat dbi. akhirnya kita pun melanjutkan gowes kembali, jalanan sudah mulai mengecil, sepertinya hanya bisa di lalui satu mobil pribadi saja.
Disitu terlihat jarak yang di tempuh menuju ke Curug sekitar 3km lagi, tapi menurut saya lebih, ya mungkin sekitar 4-5km dengan tanjakan yang curam, sampai ditempat ini menunjukan Pukul 14:40

dan akhirnya sekitar pukul 14:45, kami sudah dapat melihat secara dekat, betapa indahnya Curug Cipurut Wanayasa, Curug yang berada di kaki Gunung Burangrang dan termasuk dalam Kawasan Cagar Alam Gunung Burangrang, dengan total ketinggian 25 m, dengan rata-rata laju aliran air 700 m³/s (38,430 cu ft/s), sangat memanjakan mata, tempat yang tersembunyi, menjadikan curug ini, syurganya para petualang.
Tanpa pikir panjang lagi, akhirnya kami pun mandi, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul  15: 29, cuma sebentar si, kita berada di sana tapi kami sangat puas gowes menuju Curug Cipurut, 

Setelah Sholat Ashar, Pukul 15:55, kami bergegas kembali balik, karena keesokannya kami harus melanjutkan activity kewajiban kami, sebagai tulang punggung keluarga. Ya karena gowesnya Turunan, jadi kami tidak terlalu capek, waktu yang dibutukan untuk kembali kerumah kami masing-masing relatif lebih singkat dari pada  pergihnya, sejenak kita berhenti untuk mengambil momen dan merasakan offroad kebun teh punya warga, walaupun kebun tehnya sudah jarang, tapi tetap sangat indah untuk dilihatnya.
Setelah kami puas, kami lanjutkan perjalanan kami  menuju rumah kami masing- masing, tepatnya di Kota Cikarang, Kota Sang Juara, Kota dengan Kawasan Industri Terbesar se Asia Tenggara, Kota yang jadi lirikan warga masyarakat Indonesia, untuk berjibaku mengadu nasibnya, yang pasti !!kota yang sangat dicintai oleh Warganya .
untuk perjalanan pulangnya bagaimana, biarlah menjadi rahasia kami, yang pasti di setiap utikan gowes kami, selalu ada cerita yang mudah-mudahan positif untuk kita ambil aamiin....
see u and by
LOVE PEACE & RESPECT

7 komentar: